Sabtu, 10 Mei 2014

Atletik di PJKR UPI Bumi Siliwangi


Perkuliahan Atletik di PJKR

Apa itu PJKR ?
Mungkin itulah pertanyaan yang sering muncul dibenak seseorang ketika pertama kali mendengar atau melihat tulisan PJKR. Begitupun dengan diri saya sendiri ketika saya keluar dari sekolah menengah kejuruan kemudian teman saya berbicara pada saya “ sudah kamu kuliah di FPOK UPI saja mengambil program studi PJKR”. Lalu saya pun bertanya pada teman saya “ apa itu PJKR ?”.
            PJKR merupakan kepanjangan dari Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang merupakan salah satu cabang program studi yang ada di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Mahasiswa yang masuk atau mengambil program studi PJKR setelah lulus nantinya diharapkan minimal bisa menjadi seorang guru pendidikan jasmani di tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Sebagai calon guru penjas tentu harus memiliki bekal atau kemampuan yang baik tentang bagaimana cara mengajar pada para siswa-siswanya. Oleh sebab itu disini di program studi PJKR ini akan dibekali berbagai kemampuan mulai dari pengetahuan, sikap, keterampilan, dan bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Kemudian dalam proses pembelajarannya yang paling terpenting adalah bagaimana kualitasnya bukan kuantitasnya, begitupun dengan lulusannya yang diharapkan adalah lulusan-lulusanyang berkualitas bukan kuantitasnya yang di utamakan. Mungkin inilah yang menjadi salah satu pembeda lulusan PJKR UPI dengan PJKR lainnya.
            Dalam kesempatan ini saya akan mencoba memaparkan pembelajaran atau perkuliahan atletik yang ada, yang telah saya alami selama ini dalam perkuliahan atletik banyak sekali cabang-cabangnya. Yang telah saya pelajari selama ini diantaranya lari sprint, lompat tinggi, lompat jauh, lompat jangkit, lari sprint gawang, tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram, dan jalan cepat. Namun dalam kesempatan ini saya akan coba membahas secara garis besarnya saja dan aturan-aturan yang ada dalam perkuliahan atletik. Proses pembelajaran di bangku kuliah tentu sangat berbeda dengan pembelajaran saat saya di bangku sekolah menengah atas dulu. Perkuliahan atletik ini biasanya du mulai pagi-pagi dari pukul 07.00 wib sampai selesai di stadion sepakbola UPI. Susunan pembelajaran mungkin kurang lebih sebagai berikut :
·         Dosen menyuruh mahasiswa untuk melakukan pemanasan dan peregangan.
·         Setelah selesai melakukan pemanasan mahasiswa berkumpul dan dosen memberikan pemaparan tentaang materi yang akan diberikan.
·         Kemudian mahasiswa mempraktekan materi yang telah diberikan dosen.
·         Lalu setelah itu semua mahasiswa mempraktekan secara berulang-ulang kemudian dosen mengumpulkan mahasiswanya kembali dan memberikan evaluasi tentang gerakan yang telah dilakukan oleh mahasiswanya apakah gerakannya sudah sesuai atau belum. Disini juga dosen melakukan diskusi dengan mahasiswanya tersebut tentang apasa kendala yang di alaminya.
·         Setelah evaluasi selesai kemudian mahasiswa disiruh mempraktekannya kembali. Barulah sete;ah dirasa gerakan yang dilakukannya sudah sesuai dengan apa yang ada dalam materi dosen mengumpulkan kembali mahasiswa untuk mengakhiri perkuliahan hari tersebut.
Dala aturannya perkuliahan atletik memiliki beberapa peraturan diantaranya : para mahasiswa boleh mengikuti perkuliahan dengan syarat datangnya harus lebih awal dari jadwal yang telah di tentukan. Bila ada mahasiswa yang datang lebih dari waktu yang telah ditentukan meskipun satu menitpun mahasiswa tersebut tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan.
      Kemudian dosen sering sekali memberikan motivasi-motivasi yang dapat membangkitkan semangat para mahasiswanya. Saya ingat salah satu perkataan dari dosen saya “ hidup itu pilihandan didalam pilihan itu ada 2, apakah kita akan menjadi seorang pejuang atau menjadi seorang pecundang “. Selain itu dalam perkuliahan dosen sering kali menguji mental kita, diasmping itu ada proses perkuliahan dosen suka memberikan sebuah hadiah berupa pujian ataupun hukuman-hukuman berupa lari mengelilingi lapangan bola. Itu sangat penting sekali bagi kita agarmemberikan motivasi kepada para mahasiswanya. Pernah pada salah satu perkuliahan dosen memberikan hukuman pada semua mahasiswa hanya gara-gara satu orang yang melakukan kesalahan, kemudian pernah juga gara-gara tidak ada yang mengaku melakukan kesalahan pada saat ditanya oleh dosen maka perkuliahan tersebut dibubarkan. Mungkin dengan cara itu dosen ingin menguji sejauh mana keberanian dan kejujuran para mahasiswanya.
      Kita semua sadar bahwa yang telah diberikan oleh para dosen selama ini baik itu berupa hukuman atau apapun itu jenisnya semua itu bermanfaat atau dijadikan sebuah bekal bagi kita untuk menempuh kehidupan di masa yang akan datang dan akan menjadi sebuah pengalaman yang tidak pernah dilupakan dalam hidup kita. Mungkin itulah yang dapat saya tulis tentang pemaparan pembelajaran atletik yang ada di program studi PJKR UPI. Saya sadar banyak sekali kekurangan dari tulisan yang saya buat di atas baik dari segi kata ataupun bahasanya, untuk itu saya mohon maaf.

Terima kasih kepada para dosen-dosen atletik yang selama ini telah mengajar kami semua dengan semangat dan keikhlasannya terus memberikan semua ilmunya pada kami, dan tidak bosan-bosannya terus menerus memberikan motivasi pada kami semua agar menjadi orang yang lebih baik lagi. Hanya doa yang bisa kami panjatkan semoga semua amal, pengorbanan, dan ilmu yang telah diberikan kepada kami mendapatkan balasan berupa limpahan pahala dari Alloh swt. Amin. 





Kontroversi Guru PENJAS/Olahraga/PJOK

Kontroversi Guru Olahraga
Oleh : Ninis M.
(Mahasiswa PJKR Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan – Universitas Pendidikan Indonesia)

Pendidikan olahraga, apa yang akan anda bayangkan ketika ada seseorang menyebutkan hal itu? Guru kah? Murid mungkin? atau olahraga itu sendiri? Ya mungkin jawaban itulah yang akan terbersit dalam benak anda ketika ada yang menyebutkan pendidikan olahraga.
Dewasa ini pelajaran olahraga sering kali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, kenapa demikian? hal tersebut dikarenakan banyaknya pendapat yang mengartikan bahwa olahraga merupakan ilmu yang hanya mengkaji tentang gerak. Pada kenyataannya olahraga tidak hanya mengkaji tentang gerak saja, melainkan kita bisa memahami makna dari aktivitas olahraga tersebut. Contohnya saja, dari aktivitas olahraga renang kita bisa mengambil makna bahwa kita harus jujur dalam hal apapun, begitu juga displin, selain itu kita juga dapat belajar peduli terhadap linkungan yang ada.
Namun hal tersebut selalu saja disepelakan oleh calon guru olahraga seperti kita ini bahkan oleh guru olahraga itu sendiri, masih maraknya yang selalu mengatakan “ Ah gampang ko jadi guru olahraga mah, tinggal bawa bola terus kasihin ke siswanya, masalah nilai mah gimana nanti.” Ya itulah yang masih ada dalam setiap pikiran calon guru olahraga dan guru olahraga katanya. Yang saya heran bukankah jikalau soal didik mendidik itu urusan dunia akhirat? Kalau di dunia memang takkan ada yang meminta pertanggung jawaban, tapi kalau kita salah mendidik siswa bukankah itu sangatlah fatal bagi generasinya.
Buktinya saja saya pernah mendengar salah satu keluhan dari mungkin beribu-ribu keluhan tentang guru olahraganya disekolah. Saat itu ada pelajaran renang dari sekolahnya, anak itu memang atlet renang di sekolah itu, maka dari itu seharusnya jika kita sebagai guru olahraga tak mungkin bukan menyamakan anak itu dengan yang benar-benar belum bisa berenang. Sayangnya guru olahraga disekolah anak itu malah bersikap acuh tak acuh terhadap dirinya, padahal si anak sudah memberitahukan pada guru olahraganya bahwa dia atlet renang dan dia meminta haknya untuk bisa dapat pengajaran dari sang guru yang mana harus berbeda dari murid yang lainnya, tetapi si guru malah tetap membiarkannya. Yang lebih parah lagi ketika dia mengetahui nilainya, nilai dia dengan anak yang hanya datang dan tidak berenang itu sama.
Ya itulah kasus ketidakadilan seorang guru olahraga yang masih terjadi di Indonesia ini, ingat ini bukan satu-satunya kasus yang terjadi di negri kita tercinta ini. Kasus yang paling marak menurut saya adalah adanya nilai “ghoib” dalam penialaian guru terhadap siswanya, menurut saya ini bukan hanya terjadi dibangku sekolah saja melainkan dibangku kuliah pun masih terjadi hal seperti ini.
Oleh karena itu bayangkan oleh kalian, jika itu terus-menerus terjadi maka reputasi guru olahraga benar-benar jatuh dan masyarakat akan terus menyepelakan guru olahraga juga pelajaran olahraga. Seharusnya kita sebagai calon guru olahraga harus bisa mengubah semua panadangan negatif terhadap profesi guru olahraga, dan berilah pengertian bahwa untuk mencapai gelar guru olahraga tidaklah mudah jangan hanya diam, bukankah mendiamkan kesalahan adalah sebuah kejahatan?
Lalu dari manakah kita memulai merubahnya? Yang pertama adalah dengan memberi penjelasan bahwa sebenarnya pendidikan olahraga tidak seperti apa yang beredar dimasyarakat, olahraga tidak semudah yang mereka bayangkan. Dalam pendidikan olahraga tidak hanya mempelajari arti gerak itu sendiri atau tidak mengharuskan anak didik bisa berolahraga.
Kalau begitu apa pengertian pendidikan olahraga yang sebenarnya? Jadi pendidikan olahraga itu adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, maupun emosional.
Itu adalah pengertian pendidikan olahraga secara teoritis. Jika kita kaji kembali bahwa memang pendidikan olahraga itu bukan hanya sekedar gerak tubuh saja bukan? Maka dari itu kita sebagai calon guru olahraga harus bisa memaknai pendidikan olahraga itu sendiri. Yang kedua adalah membuktikan pada masyarkat bahwa apa yang banyak orang katakan itu salah, kita tidak hanya mengajarkan tentang gerak tubuh saja atau mengharuskan siswanya bisa berolahraga, tetapi lewat olahraga pun bisa mengembangkan sikap jujur, bertanggung jawab, percaya diri, bahkan demokratis.
Dan hal yang paling penting adalah bagaimana kita calon guru olahraga menyikapi persoalan yang ada dimasyarakat tentang profesi guru olahraga itu sendiri. Selain itu kita juga harus mempunyai pandangan “Nanti gimana ya jadi guru olahraga?” bukannya malah mempunyai pandangan “Ah gimana nanti aja jadi guru olahrga mah.” Kita memang masih lama untuk menyandang gelar guru olahraga, tapi bukankah sebaiknya pandangan itu tetap dipegang teguh oleh diri kita. Kita tidak mau kan jika generasi kitalah yang disalahkan atas apa yang sudah terjadi atau sudah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Bahkan kita tidak mau ada yang terus-terusan menyepelakan profesi guru olahraga.
Kalo begitu apa lagi yang ditunggu, mulailah dari diri sendiri dan yakin bahwa generasi kita bisa mengubah segalanya, mengubah yang tadinya selalu disepelekan menjadi disegani banyak orang. Pedulilah dengan apa yang terjadi hari ini, dengan kita peduli mungkin kita bisa mengubah hal buruk yang akan terjadi di masa nanti. Percaya dan yakinlah pada dirimu sendiri!


Masalah (PJOK) Penjas - Mau dibawa kemana Penjas kita?

Mau Dibawa ke Mana Penjas Kita ?
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan  Pendidikan jasmani antara lain untuk; memenuhi kebutuhan anak akan gerak,  mengenalkan  anak pada lingkungan dan potensi dirinya, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna, menyalurkan energi yang berlebihan, dan merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.
Namun, pada kenyataanya, pendidikan jasmani di Negara kita ini tidak sesuai dengan kurikulum yang dipakai, sehingga timbulah krisis pendidikan jasmani. Penyebab terjadinya krisis pendidikan jasmani salah satunya adalah kesenjangan antara kurikulum pendidikan jasmani. Kasus lain yang menjadi penyebab kelemahan pendidikan jasmani adalah kualitas guru pendidikan jasmani yang rendah, tanpa pengetahuan atau  kompetensi, sehingga dipandang seorang guru pendidikan jasmani bukan sebagai keahlian profesional. Perekembangan pendidikan jasmani juga dipengaruhi oleh kebijakan pendidikan.
Krisis pendidikan jasmani ini bukan saja terjadi di Indonesia, melainkan terjadi juga di seluruh dunia.  Dari hasil survei Kent Hardman menunjukan bahwa pendidikan jasmani berada pada urutan terbawah dalam kurikulum. Selain itu, kurangnya alokasi waktu dalam kurikulum, kesenjangan antara kurikulum yang dikehendaki dan pelaksanaannya, kelangkaan sumber finansial, fasilitas dan peralatan, standar profesional guru pendidikan jasmani, serta isu kesetaraan gender.
Lebih lanjut, ada kritik bahwa  krisis  pendidikan jasmani dikarenakan pengajaran yang tidak membangkitkan keterjadian proses belajar, sehingga bidang studi itu tidak bermaknayang sebenarnta akarnya bukan karena kelangkaan infrastruktur atau biaya. Memang sulit untuk diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh anak dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak. Namun, walaupun demikian dapat ditegaskan di sini bahwa pendidikan jasmani yang efektif mampu merangsang kemampuan berpikir dan daya analisis anak ketika terlibat dalam kegiatan-kegiatan fisiknya. 
Pola-pola permainan yang memerlukan tugas-tugas tertentu akan menekankan pentingnya kemampuan nalar anak dalam hal membuat keputusan. Dalam hal olah rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh unik. Kegiatannya yang selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun besar merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam lingkup sosial.  Pendidikan jasmani menyediakan pengalaman nyata untuk melatih keterampilan mengendalikan diri, membina ketekunan dan motivasi diri. Hal ini diperkuat lagi jika proses pembelajaran direncanakan sebaik-baiknya. Melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri anak akan berkembang.
Untuk selama bertahun tahun telah menjadi fenomena umum bahwa tidak ada kontribusi penting dari pendidikan jasmani baik pada pendidikan maupun pada perkembangan dan  pertumbuhan  individu siswa. Hal ini terjadi seiring dengan berkurangnya dukungan ekonomi pendidikan, lemahnya dukungan sarana dan prasarana pembelajaran, dan lemahnya profesionalisme guru pendidikan jasmani. Akibatnya, peran dan fungsi pendidikan jasmani semakin berada pada kualitas terendah. Masih ditemukan guru memberikan pengajaran sekedarnya, cukup siswa bergerak dan berkeringat sementara nilai-nilai pendidikan tidak ditanamkan, guru mengajar melalui sistem “remote control” murid belajar sementara guru mengawasi dari kejauhan. 
Semua itu, menyebakan pendidikan jasmani kehilangan makna kontekstual dengan kenyataan hidup siswa sehari-hari. Dari sudut pandang ini, peran, fungsi, dan posisi pendidikan jasmani semakin disudutkan. Lemahnya pengetahuan tentang peran penting aktivitas jasmani atau gerak (termasuk olahraga) pada para penentu kebijakan dan juga kurang gigihnya perjuangan penyandang profesi pendidikan jasmani dan olahraga  menyebabkan lemahnya peran dan kontribusi pendidikan jasmani dan olahraga pada semua aspek kehidupan manusia. Adakalanya yang menyebabkan lemahnya pendidikan jasmani adalah pendekatan guru dalam proses belajar mengajar.
Upaya untuk mengangkat citra pelajaran pendidikan jasmani di persekolahan salah satunya menuntut kreativitas guru untuk mempelajari berbagai pendekatan dan menerapkannya dalam pembelajaran, misalnya melibatkan dukungan profesional dari berbagai instansi terkait pendidikan jasmani dan olahraga, meningkatkan waktu aktif belajar pendidikan jasmani, serta mengembangkan metode pengajaran.

Dengan demikian, permasalahan “ mau dibawa ke mana pendidikan jasmani kita?” ini setidaknya dapat terjawab dan harus segera diaplikasikan oleh guru-guru Pendidikan Jasmani kita. Selain itu, buruknya kualitas prestasi olahraga Indonesia bukan hanya disebabkan oleh rendahnya kualitas program penjas di sekolah, tetapi lebih karena belum dimilikinya "budaya olahraga" secara umum.  

Kasti

Peraturan Kasti

Aturan 1
LAPANGAN

Ukuran yang terbesar adalah 30×60 meter ditambah dengan ruang pemukul dan ruang bebas ukurannya menjadi 30×65 meter. Ukuran yang terkecil adalah 30×45 meter, ditambah dengan ruang pemukul dan ruang bebas menjadi 30×50 meter. Ukuran yang besar untuk anak anak besar sedangkan ukuran yang kecil untuk anak kecil atau anak perempuan.
Semua garis (batas) dinyatakan dengan kapur, mempergunakan pita, bilah atau tali diperbolehkan. Semua garis juga dapat dibuat dengan cara menggali tanah, asal tidak terlalu dalam dan lebarnya tidak lebih dari 3 cm.
Pada keempat sudut lapangan dan pertengahan garis samping dipancangkan bendera. Tiang-tiang bendera sekurang-kurangnya 1,5 m dari tanahnya. Dalam pertandingan, di luar garis (batas) harus ada tanah kosong, yang lebarnya sekurang-kurangnya 5 atau 10 m dari dari batas.

Aturan 2
RUANG PEMUKUL

Ukuran ruang pemukul 5×5 meter.
Garis muka dari ruang pemukul disebut dengan garis pemukul. Ruang pemukul dibagi atas 3 bujur sangkar oleh dua garis yang panjangnya 5m. Di dalam bujur sangkar yang tengah, pemukul, yaitu orang yang memukul bola, boleh berdiri dimana saja.
Pelambung, yaitu orang yang melambungkan bola, berdiri di dalam petak yang ukurannya 1x1m. Petak pelambung letaknya di sudut kanan sebelah dalam ruang pelambung. Di sudut kiri kiri ruang pemukul juga dibuat petak pelambung untuk persediaan, apabila ada pemukul yang kidal. Dengan demikian ruang pemukul ditukar dengan ruang pelambung

Aturan 3
RUANG BEBAS

Ukuran ruang bebas 15x5m

Aturan 4
TIANG PERTOLONGAN

Tiang pertolongan berdiri di dalam lingkaran dengan jari-jari 1 m. Jauh tiang pertolongan 5 m dari garis pemukul dan 5 m dari garis samping kiri.

Aturan 5
TIANG BEBAS

Disebelah belakang lapangan terdapat 2 buah tiang bebas. Masing-masing jaraknya 10 m dari garis samping. Kedua tiang berdiri di dalam lingkaran yang berjari-jari 1 m, dari garis batas belakang jaraknya 5 m. Tiang pertolongan dan tiang bebas terbuat dari besi, kayu atau bambu. Harus kokoh terpancang di dalam tanah dan dapat menahan tarikan pelari.
Tingginy sekurang-kurangnya 1,5 m dari tanah dan harus dengan mudah dapat dibedakan dengan tiang-tiang bendera di garis batas.
Tiang pertolongan dan tiang bebas boleh juga dipasangi bendera, tetapi warnanya harus berlainan dengan warna bendera pada garis batas dan panjangnya tidak boleh lebih dari 0,5 m. Bagian atas dari tiang itu hendaknya dibuat jangan sampai dapat melukai pemain.

Aturan 6
KAYU PEMUKUL
 Kayu pemukul terbuat dari kayu, sekurang-kurangnya 50 cm sepanjang-panjangnya 60 cm. Penampangnya jarang (Oval), lebarnya tidak lebih dari 5 cm dan tebalnya 3,5 cm. Pegangan panjangnya 15 sd 20 cm, tebalnya 3 cm, boleh dibalut.
Kayu pemukul dapat pula bulat jujur (Jawa:gilig), tebal 3,5 sd 4 cm, tetapi ukuran pegangan harus sama dengan yang tersebut di atas. Kayu pemukul tidak boleh diberati dengan logam atau barang lain.
Tiap rombongan pemain boleh mempergunakan kayu pemukul masing-masing, asal menurut pendapat wasit memenuhi syarat tersebut di atas.

Aturan 7
BOLA

Bola yang digunakan untuk bermain kasti adalah bola kasti, terbuat dari karet atau kulit, kelilingnya 19 sd 21 cm, beratnya 70 sd 80 gram. Bola yang terlalu tinggi lambungnya seperti bola tenis tidak baik untuk bermain kasti. Yang paling baik adalah yang tidak terlalu kenyal dan tidak terlalu keras.

Aturan 8
LAMA PERMAINAN

Lama permainan kasti sekurang-kurangnya 2×20 menit dan selama-lamanya 2×30 menit tidak terermasuk waktu istirahat yang lamanya 10 menit.

Aturan 9
PARTY-PARTY

Tiap party terdiri atas 12 orang pemain diantaranya ada seorang yang menjadi pemimpin. Semua pemain oleh pimpinannya diberi nomor yang tampak dengan jelas. Sebelum pertandingan dilmulai pemimpin menyerahkan daftar nama pemain dengan nomor urutnya kepada wasit. Pemain memukul bola sesuai dengan nomor urutnya. Selama pertandingan urutan nomor tidak boleh diubah.
Wasit boleh mengijinkan seorang pemain diganti oleh seorang pengganti. Wasit juga menentukan waktu penggantian itu.

Aturan 10
WASIT

Wasit memimpin pertandingan. Ia harus memegang teguh aturan bermain dan menjaga supaya aturan diikuti oleh pemain dengan seksama. Petunjuk dan keputusan wasit pasti dan dan harus ditaati.
Nilai dicatat oleh seorang penulis, ditolong oleh seorang di bawah pengawasan wasit. Peniulis dengan pembantunya berdiri di luar lapangan, kira kira dekat dengan ruang pemukul dengan ruang bebas. Wasit dibantu oleh 3 penjaga gariis (samping kiri, kanan dan belakang). Penjaga garis boleh memberitahukan pelanggaran yang dilakukan oleh pemain. Apabila ragu-ragu, wasit boleh meminta keterangan kepada penjaga garis, namun wasit tidak harus menurut petunjuknya.
Bilaperlu, apabila ada pemain yang terkena lemparan atau keluar batas, penjaga garis harus memberi tanda dengan melambailambaikan benderanya ke bawah.
Wasit harus mempunyai sebuah peluit yang dapat dengan jelas terdengar keseluruh lapangan.
Peluit dibunyikan dengan ketentuan:
a. Satu tiupan panjang: Apabila bertukar tidak bebas
b. Dua tiupan pendek: bila pukulan salah
1. bila pukulan salah
2. biala pukulan luncas
c. Dua tiupan panjang:
1. bila bertukar bebas
2. bila bola hilang
3. bila wasit akan menghentikan permainan karena suatu hal.
d. Tiga tiupan panjang:
1. bila permainan akan dimulai (permulaan setelah istirahat, setelah tukar).
2. bila permainan selesai.

Aturan 11
TEMPAT PERMAINAN

Sebelum pertandingan dimulai, diadakan undian, atas pemimpin ke dua party. Melakukan SOET di bawah pengawasan wasit. Yang menang menjadi party pemukul, yang kalah menjadi party lapangan.

Aturan 12
PARTY PEMUKUL

Party pemukul berkumpul di dalam ruang bebas. Setelah dipanggil oleh penulis “no 1” mengambil tempat di dalam bujur sangkar tengah (dalam ruang pemukul) bersedia untuk memukul.

Aturan 13
PARTY LAPANGAN

Pemain dari party lapangan bersiap pada tempatnya masing-masing yang ditunjuk oleh pemimpinnya. Mereka boleh berdiri dimana saja diluar atau di dalam lapangan, asal memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Tidak boleh berdiri di dalam ruang bebas
b. Tidak boleh ada pemain lain di dalam ruang pemukul, kecuali pemukul, pelambung dan pembantunya.
c. Jalan lurus dari ruang pemukul ke tiang pertolongan tidak boleh ada rintangan.

Aturan 14.
PELAMBUNG

Seorang dari party lapangan menjadi pelambung. Ia berdiri di dalam petaknya. Selama pertandingan pelambung boleh ditukar dengan pemain lain oleh pemimpin, tetapi pada waktu bola tidak dalam permainan.

Aturan 15
PEMBANTU

Pembantu pelambung menempatkan diri di belakang pemukul, jaraknya sekurang-kurangnya 2 langkah (sekitar 1,5 m).

Aturan 16
MELAMBUNG

Pelambung melambungkan bola dengan cara mengayunkan tangan dari bawah ke muka pemukul. Ia harus berdiri di dalam petaknya dengan ke dua belah kakinya menginjak tanah. Waktu melambungkan bola, ia tidak boleh membuat gerakan “pura-pura”. Apabila hal ini terjadi, walaupun sudh berulang-ulang diperingatkan oleh wasit, maka wasit berhak memerintahkan pemimpin party lapangan untuk mengganti pelambung dengan pemain lain. Pemukul boleh lari dengan bebas sampai kembali ke ruang bebas dan mendapat nilai lari satu.

Aturan 17
LAMBUNGAN BETUL

Bola betul dilambungkan:
1. Bila bola seolah –olah akan mengenai pemukul atau dekat sekali dengan pemukul tidak lebih tinggi dari kepala dan tidak lebih rendah dari lutut.
2. Bila bola melambung di tempat yang ditunjukkan oleh pemukul.
Peringatan: Bila tempat ditunjukkkan oleh pemukul, pelambung memenuhinya. Bila tempat tidak ditunjukkan oleh pemukul, bola yang memenuhi syarat lambungan, harus dipukul. Pemukul tidak boleh meminta lambungan bola di luar (melewati garis pemukul) ruang pemukul.

Aturan 18
LAMBUNGAN SALAH

Bola salah dilambungkan apabila tidak memenuhi syarat-syarat aturan 17

Aturan 19
MENOLAK BOLA

Bola yang betul dilambungkan harus dipukul. Bola yang salah dilambungkan tidak perlu dipukul, namun apabila dipukul hal itu termasuk satu pukulan. Apabila pelambung tiga kali berturut-turut, menurut pendapat wasit, selalu salah melambungkannya, pemukul boleh bebas lari ke tiang bebas dengan bebas, dan ia dipandang sebagai pemukul yang betul pukulannya.

Aturan 20
BOLA YANG DITOLAK

Apabila wasit berpendapat bahwa penolakan bola oleh si pemukul tidak mestinya, maka ia berseru “betul”. Hal ini dipandang sebagai kejadian pada “pukulan luncas”. Pemukul harus lari ke tiang pertolongan, tetapi tidak boleh dilempar.

Aturan 21
BANYAK PUKULAN

Tiap-tiap pemain party pemukul hanya berhak atas “SATU” pukulan saja. Pembebas adalah pemain dari party yang mendapat giliran memukul bola pada saat kawan-kawannya semua sedang berdiridi dalam lingkaran tiang pertolongan atau tiang bebas, mempunyai hak atas “TIGA” pukulan.

Aturan 22
GILIRAN MEMUKUL

Pemain-pemain mendapat giliran memukul menurut urutan nomor yang ada dir uang bebas (lihat aturan 9). Pengganti mendapat nomor pemain yang digantinya. Sesudah bertukar, party lapangan menjadi party pemukul, yang mulai memukul adalah pemain yang nomornya mengikuti nomor pemain pemain yang memukul terakhir ketika akan ada pertukaran. Sehabis istirahat, yang menjadi party pemukul adalah party lapangan pada permulaan pertandingan. Giliran memukul dimulai dari no 1 yang pada waktu akan berganti, menjadi party pemukul nomor urut berlaku terus.

Aturan 23.
TEMPAT SI PEMUKUL

Pemukul berdiri di dalam bujur sangkar tengah di ruang pemukul, pada tempat yang disukainya. Ia tidak boleh berdiri di atas salah satu garis batas atau di luarnya, sebelum kayu pemukul mengenai bola. Pelanggran dipandang sebagai “pukulan salah”

Aturan 24
PUKULAN BETUL

Pukulan disebut betul, apabila bola dipukul, melampaui garis-garis pemukul, dan tidak melewati garis samping sebelum bendera tengah, dengan tidak lebih dahulu mengenai tanah, pemain atau tiang pertolongan.

Aturan 25
PUKULAN SALAH

Pukulan salah apabila:
a. Bila bola jatuh di atas atau di belakang garis pemukul (atau sambungannya).
b. Apabila bola terpukul dengan tangan
c. Apabila bola setelah dipukul jatuh mengenai pemukul sendiri, mengenai pelambung atau pembantunya, sedang mereka ada di dalam ruang pemukul.
d. Apabila bola melambung melewati garis samping sebelum bendera tengah, dengan tidak mengenai tanah pemain atau tiang pertolongan lebih dahulu.
e. Apabila bola jatuh atau berguling-guling di dalam ruang bebas, meskipun akhirnya masuk juga ke dalam lapangan.

Aturan 26
PUKULAN LUNCAS

Pukulan disebut luncas apabila dalam usaha memukul, kayu pemukul tidak mengenai bola.

Aturan 27
KAYU PEMUKUL KELUAR

Sehabis memukul, kayu pemukul harus diletakkan di dalam bujur sangkar si pemukul. Kalau kayu pemukul terjatuh keluar batas, ataupun sebagian saja keluar, pemukul tidak berhak mendapat nilai, kecuali kalau ia sebelum menyentuh tiang pertolongan sempat dan dapat membetulkan kayu pemukul sebagaimana mestinya. Sesudah menyentuh tiang pertolongan boleh juga ia kembali “membetulkan” kayu pemukul tetapi ia harus langsung lari ke tiang bebas. Untuk sesuatu pukulan betul,walaupun kayu pemukul keluar, pemain lainnya boleh melanjutkan perjalanannya.

Aturan 28
MUALI PERMAINAN

Pada tiap-tiap permulaan permainan, sehabis bertukar tempat dan sehabis istirahat, pemain dari party pemukul tidak boleh masuk ke dalam ruang pemukul sebelum dipanggil oleh penulis. Pelanggaran hal ini dihukum dengan bertukar bebas.

Aturan 29
LARI

Tiap-tiap pemukul setelah pukulan betul, pukulan salah, atau luncas disebut “pelari”

Aturan 30.
LARI SESUDAH PUKULAN BETUL

Sesudah pukulan betul,pemukul harus lari keruang pertolongan atau langsung ke salah satu dari tiang bebas, dan dari tiang bebas, kalau menurut kiranya mungkin, yaitu tidak akan kena dilempar, boleh terus kembali ke ruang bebas. Kalau seorang pelari berdiri dekat dengan tiang pertolongan dan pada saat itu bola sudah ada dalam tangan si pelambung dan pelambung sudah siap di dalam petak, maka si pelari harus segera menyentuh tiang pertolongan.
Dalam usaha lari, tiang pertolongan tidak perlu disentuh, boleh dilalui saja, tetapi sah satu tiang bebas harus disentuh.
Pelari tidak boleh dilempar kalau ia telah menyentuh tiang pertolongan, tiang bebas atau bendera pada tiang itu.
Jadi. meskipun sudah masuk ke dalam lingkaran tiang-tiang tersebut kalau belum menyentuh tiangnya atau benderanya , masih boleh dilempar juga
Jika pelari keluar dari lingkaran tiang pertolongan, waktu bola dalam permainan, maka ia harus lari setidak-tidaknya sampai ke tiang bebas.
Jika keluar dari lingkaran tiang bebas, harus lari kembali ke ruang bebas.
Dalam perjalanan dari ruang pemukul ke tiang bebas, pelari boleh mempergunakan tiang pertolongan sebagai tempat yang bebes dari lemparan. Tetapi pada bagian ke dua dari larinya tiang pertolongan bukan tempat bebas lagi.
Selama ia belum menyentuh tiang bebas, ia berlindung diri ke tiang pertolongan.
Lari dari tiang bebas ke tiang bebas lainnya tidak boleh, kalau hal ini terjadi pelari harus terus ke ruang bebas.

Aturan 31
LARI SESUDAH PUKULAN SALAH ATAU LUNCAS

Kalau pukulan salah atau luncas, yang boleh lari hanya pemukul sendiri, tetapi tidak boleh lebih jauh dari tiang pertolongan, kecuali kalau bola oleh party lapangan dimainkan dengan maksud untuk melempar pelari itu. Ia tidak mendapat nilai untuk larinya. KAaau bola dimainkan, maka semua pelari pada tiang pertolongan dan tiang bebas boleh meneruskan perjalanannya.

Aturan 32
MELANJUTKAN LARI

Pelari pada tiang pertolongan atau tiang bebas boleh melanjutkan lari kalau bola sudah dalam permainan. Pada saat bola terlepas dari tangan pelambung, untuk dipukul, seorangpun tidak boleh lari, kalau belum pasti bahwa pukulan itu betul.

Aturan 33
MENDAPAT NIAI

Pemain dari party pemukul mendapat nilai dua kalau pukulannya sendiri betul dan ia dapat lari dari ruang pemukul ke salah saru tiang bebas, langsung kembali ke ruang bebeas dengan selamat, artinya tidak melakukan pelanggaran atau tidak terganggu karena pertukaran tempat.
Kalau perjalanan dilakukan dalam 2 atau 3 bagian dengan selamat, pelari mendapat nilai 1. Untuk satu “bola tangan” yaitu bola yang ditangkap, party lapangan mendapat nilai 1. bila pada akhir pertandingannilai ke dua party sama maka yang menang adalah party party yang terbanyak mendapat nilai untuk lari.

Aturan 34
DILARANG LARI

Pada saat bola mati tidak boleh lagi memulai lari.

Aturan 35
KELUAR BATAS

Pemain-pemain party pemukul dilarang keluar dari batas, ruang bebas dan ruang pemukul. Pelari yang akan masuk ke dalam ruang bebas boleh melalui ruang pemukul. Pemain dianggap telah masuk ke ruang bebas apabila kedua kakinya telah menginjak ruang bebas.
Pemain dianggap keluar dari batas apabila sebagian badannya menganai tanah di luar batas. Pemain dari party lapangan yang ada di luar batas, bila ada peluit “bertukar bebas” harus segera mungkin lari ketiang bebas, atau ke tiang pertolongan, atau ke ruang bebas, menurut keadaannya.
Pelanggaran-pelanggaran hal tersebut dihukum dengan bertukar bebas.

Aturan 36
MENGHALANG_HALANGI

Jika seorang pelari, dirintangi perjalanannya dengan sengaja oleh pemain dari party lapangan, maka pelari itu boleh meneruskan pejalanan tanpa melalui pemberhentian yang berikutnya (tiang pertolongan, tiang bebas, ruang bebas). Jika karena rintangan itu ia sampai kena lempar, maka lemparan itu tidak sah. Sebaliknya, pelari untuk menukarkan usaha melempar dilarang mendesak pemain yang akan melemparnya. Pelanggaran hal ini dihukum dengan bertukar bebas.

Aturan 37.
BOLA MATI

Bola disebut mati:
a. Kalau bola ditangan pelambung yang sudah siap dalam petaknya.
b. Kalau pukulan salah kecuali kalau ia dipermainkan oleh party lapangan.
c. Kalau pukulan luncas, kecuali kalau ia dimainkan oleh partuy lapangan.
d. Kalau bola hilang terhitung dari saat waktu wasit membunyikan tanda “bola hilang” (dua tiupan panjang).
e. Kalau bertukar tempat bebas.

Aturan 38
BOLA DALAM PERMAINAN

Bola dalam permainan
a. sehabis pukulan betul.
b. Kalau sesudah luncas, atau salah, ia lalu dimainkan oleh party lapangan.
c. Kalau sesudah tanda “bola hilang” bola sudah terdapat lagi dan sudah ada di dalam lapangan.

Aturan 39
BOLA HILANG

Bola hilang kalau ia tidak dapat diambil oleh paty lapangan dengan cara biasa. Dalam hal ini termasuk juga kalau bola terjatuh di belakang penonton, sehingga ia tidak dapat diambil dalam waktu yang sepatutnya. Penentuan hal ini diserahkan kepada kebijaksanaan wasit. Ia membunyikan peluit tanda ”bola hilang” pada saat sekiranya bola tersebut sudah dapat diambil kembali, kalau tidak terhalang. Sebelum ada tanda ”bola hilang” pemain dari party pemukul boleh melanjutkan lari. Tetapi setelah tanda ”bola hilang” dibunyikan hanya boleh lari ke tempat pemberhentian.

Aturan 40
MELEMPAR

Lemparan dipandang syah apabila lemparan itu dengan langsung mengenai pemain dari party pemukul. Bola, yang sebelum mengenai pemain dari party pemukul,lebih dahulu mengenai tanah, tiang, tidak syah. Memukul dengan bola terpegang tidak boleh. Melempar bola dilakukan dari segala tempat, dari luar atau dari dalam lapangan, kecuali dari ruang bebas. Lemparan boleh mengenai seluruh tubuh, kecuali lemparan yang mengenai kepala, dipandang tidak syah (kecuali kalau disengaja lemparan diterima dengan kepala). Mengenai sebagian pakaian pun dianggap syah, asal bukan pakaian yang ada di kepala. Jika wasit ragu-ragu akan menetapkan kena atau tidaknya suatu lemparan, maka ia boleh minta keterangan kepada penjaga garis.

Aturan 41
BERTUKAR TEMPAT TIDAK BEBAS

Kalau seorang dari party pemukul kena lempar, maka mulai dari saat itu juga party lapangan menjadi party pemukul, dan party pemukul menjadi party lapangan. Party lapangan baru ini hendaklah dengan secepat-cepatnya mencoba melempar seseorang lawannya, yaitu party pemukul baru, hendaklah sedapat mungkin lekas lari memperlindungkan dirinya kedalam ruang bebas, pada tiang pertolongan atau tiang bebas.

Aturan 42
PELARIAN

Selama belum ada peluit akan mulai bermain lagi, semua pelarian yang terlindung pada tiang pertolongan atau tiang bebas boleh langsung kembali ke dalam ruang bebas. Jika sudah ada peluit akan bermain lagi, mereka harus ada dalam lingkaran tiang pertolongan atau lingkaran tiang bebas. Jika bola sudah ada dalam permainan, barulah mereka boleh melanjutkan perjalanannya pula. Untuk lari itu mereka tidak menerima nilai sebab mereka tidak memukul bola.

Aturan 43
MENGENAI BOLA

Pertukaran tidak bebas juga berlaku kalau pemain dari regu pukulan memegang bola ditempat mana saja. Ini tidak berlaku bagi bola yang dilemparkan oleh pelempar kepada pemukul. Kalau si pemukul memegang bola, kalau waktu akan memukul, maka ini termasuk pukulan salah. Ini tidak erlaku kalau bola dilemparkan atau digulingkan kepada pemain. Tetapi jika memegang bola itu menurut pendapat wasit dilakukan supaya pemukul dapat dengan bebas lari ke tiang pertolongan, hal ini harus dihukum dengan ”bertukar tempat dengan bebas”.
Bila bola dilambungkan atau digulingkan kepada seseorang pemain dari party pemukul, yang bukan pelari, tidak terjadi apa-apa.

Aturan 44
MENINGGALKAN RUANG BEBAS

Keluar dari ruang bebas bukan pada waktunya dengan maksud akan turut bermain, karena sudah ada harapan akan terjadi ”bertukar tidak bebas” dihukum dengan ”bertukar bebas”.

Aturan 45
MENGINJAK RUANG BEBAS

Tidak diperkenankan pemain dari party lapangan amsuk ke dalam ruang bebas, sebelum lemparan terjadi, lemparan mana dinyatakan oleh peluit wasit dan hukumannya ialah lemparan itu dianggap tidak sah.

Aturan 46
PERTUKARAN BEBAS TERJADI

a. sesudah 5 bola tangkap berturut-turut dengan tidak ada pertukaran
b. kalau sesudah pukulan penghabisan dari pembebas, ruang bebas dapat di ”bakar” atau kalau pukulan yang terakhir ini salah.
c. Kalau pelari pada saat masuk ke dalam ruang bebas melalui garis belakang ruang bebas.
d. Kalau pemain dari party pemukul keluar dari ruang bebas tidak untuk memukul.
e. Kalau pemukul dari party pemukul keluar dari batas lapangan.
f. Kalau kayu pemukul pada saat dipukulkan terlepas dari tangan pemukul.

Aturan 47
BOLA TANGKAP

Tiap bola yang terpukul yang dapat ditangkap, sebelum mengenai tanah, dihitung sebagai bola tangkap, dan dihitung pula satu angka.

Aturan 48
PEMBEBASAN

Pemain dari party pemukul yang tiba gilrannya untuk memukul sedangkan semua pemain dari regunya masih berdiri pada tiang pertolongan atau tiang bebas dinamakan pembebasan.
Pembebasan berhak tiga pukulan. Hak ini ada selama ia jadi pembebas. Jadi sesudah salah seorang dari partynya masuk, ia bukan pembebas lagi, hanya menjadi pemain biasa kembali. Kalau seseorang masuk setelah pukulan pertama atau ke dua, maka ia masih boleh memukul sekali lagi.
Setelah itu pembebas harus berlari. Pembebas boleh berlari pada pukulan yang pertamatau ke dua, tetapi hak memukul lagi jadi hilang. Berlari itu dianggap sudah dimulai, sesudah garis pemukul dilewati dengan sebelah atau dengan kedua belah kaki.

Aturan 49
MEMBAKAR

Setelah pukulan penghabisan dari pembebas tiap pemain dari party lapangan berhak membakar. Yang disebut membakar adalah berdiri dengan kaki dua di dalam ruang bebas dengan membanting bola.


Aturan 50
MEMPERLAMBAT PERMAINAN DENGAN SENGAJA

Memperlambat permainan dengan sengaja dilarang. Wasit memperingatkan pemimpin party yang bersangkutan.Kalau hal ini diulangi lagi, wasit berhak menjatuhkan hukuman sebagai berikut:
a. kalau party pemukul ynag menjalankan, hukumannya pertukaran bebas
b. kalau party lapangan yang menjalankan, angka pemain yang ada pada tiang pertolongan boleh berjalan dengan bebas ke tiang bebas dan pemain pada tiang bebas boleh masuk dengan bebas ke ruang bebas. Kalau tidak ada pemain pada tiang, party pemukul mendapat tambahan nilai 1.

Drama Bahasa Sunda


Drama Bahasa Sunda

 “Karmana, Jadi Leungit Hate

Dihiji kampung nu ngarana kampung Ciuruy, hirup 4 babaturan nu geus lila bareung, nyaeta  Maman, Dadang, Aceng jeung Deden. Hiji sore maranehna keur ngariung di saung, jigana keur ngaromongkeun 1 hal nyangkut masalah  futsal, nu nek dilakonan ngalawan kampung tatangga. Suasana didinya tegang.
Teu kungsi lila maman ngamek ari neunggeul tihang saung.

Maman : “naon akh,,,urang mh teu ridho”
Deden   : “sabar atuh man,,!! ”
Dadang : “nya…sabar atuh man…!!!”
Maman : sabar – sabar….nek kumaha teu sabar atuh,,ieu mah kalewantan..
Deden   : “ nya …tos atuh calik heula…”
Dadang :” nya man… tos atuh calik heula,,”
Aceng    : urang ge sabeunernamah teu ridho man, da ari geus kumaha deui…boga kitu cara lain?
Deden            : “Hmmmm,mhhh…!!!”
Dadang : “muhun man….
Maman : “nya n,tong ngalibatkeun kabogoh urang atuh!!!... pan karunya atuh kabogoh urang”
Aceng    : “ari maksud urang mah lain kumaha – kumaha,,,,ieu mah trik ,,supaya urang bisa meunang ”
Dadang : “Heu euh…”
Deden   : “nya man supaya urang bisa meunang,,”
Maman : “akh bahaya…”
Aceng  : “bahaya kumaha??,,”
Deden  : “he,eh…bahaya naon ari maman?..”
Maman: “pan bahaya lamun si lulu jadi geuring……”
Dadang : “nya moal atuh man,,,ngan ukur ngamata – mataan maenya geuring…”
Aceng    : “  eeeuuhhhh…nya moal atuh..”
Deden   : “nya mending kieu weh ayeunamah ,,tanyakeun atuh man,,,ka kabogoh maneh ,na”
Maman   : “ hmmmm …he,eh lah….tapi mun aya naon – naon tanggung jawa nya!!..
Aceng    : “he,eh!!!..”
Dadang : “ sok atuh ayeunamah geura alik,,geus burit yeuh…??”
Maman, Deden, Aceng : “hayu- hayu,.

Sanggeus karumpul maranehna baralik ka imah sewang-sewang. Maranehna sarepakat nyieun hiji rencana nyaeta ngadeukeutkeun neng lulu (kabogoh si maman) ka si juned lawan maen futsal barudak eta. Ameh ng,ke neng lulu bisa ngamata-mata,an si juned nu jadi kiper.
Enjing,na neng lulu tepung jeung si maman kabogoh,na. maman langsung ngomongkeun hal anu  di omongkeun kamari jeung barudak.

Maman: “ neng ,,kamari teh akang ngobrol jeung barudak”
Lulu       : “ ngorol naon eta the kang?”
Maman: “kieu neng,,,akang teh bade aya tanding futsal jeung kampung tatangga…
Lulu       : “terus?”
Maman: “tah supaya urang meunang ,,,barudak hayang eneng ngamata – mata,an kampung tatangga.
Lulu       : “ngamata – mataan?
Maman: “nya neng…”
Lulu       : “ carana?”
Maman: “carana,,neng ngadeukeutan si juned kipper batur…tah pas deukeut …ku eneng mata – mataan kalemahanana.
Lulu       : “hah?...alim akh …..maenya ngadeukeutan batur..pan eneng mah nyaah ka akang…”
Maman: “akh si eneng bisa wae”
Lulu      : “enya atuh kang..”
Maman : “ikh neng ,,,ieu mah sementara…supaya kampung urang meunag futsal,na”
Lulu       : “okhhhhhh….kitu,,,,tapi aya buruh,na nya!!
Maman : “euleuh – euleuh si eneng meuni manta buruh…”
Lulu       : “nya entos weh moal daek”
Maman : “enya – eunya atuh…ke ku akang di buruhan”
Lulu       : “ beuneur kang?”
Maman : “muhun neng…ke ku akang diburuhan ,,,boneka anu kamari ku eneg di pikahoyong di toko  atung.”
Lulu       : “asik…..nya lah neng daek”


Teu kungsi lila daratang Aceng ,Dadang jeung Deden nyampeurkeun Maman jeung Lulu.


Dadang : “adeuh…..ieu jajaka bobogohan waenya..
Deden  : ‘ adeuh”
Lulu       : “ikh dadang,deden mah…..”
Aceng    : “kumaha man… geus di bejakeun ka lulu?”
 Maman : “eunggeus ceng…tah,,,tanyakeun weh ka eneng,na”
Aceng    : “wios lu? Arurang ngarerepot lulu?”
Lulu       : “muhun wios…ongkoh,na lulu bade di pasih boneka ku si akang”
Aceng    : “sukur atuh….”
Maman : “sukur,,,sukur…urang rugi…”
Aceng,dadang,deden : hahahahhha


Ti mangsa  eta neng lulu ngadeukeutan si Juned, nyaan wae,,,si juned kapincut ku kageulisan neng lulu..bahkan kamana si juned indit ..neng lulu nuturkeun..kaasup keur latihan futsalna si juned. Tiba –tiba si juned ngadeukeutan neng lulu.




Juned    : “ neng ,,,aya nu ku akang nek di obrolkeun ka eneng”
Lulu       : “naon kang?
Juned    : “ kieu neng”
Lulu       : “kieu kumaha akang”
Juned : “neng ,,,juned nyaah ka eneng..’

Saprak eta neng lulu deg-degan… manehna sarasa ka sanjung ku juned,,keur meujeuh mah bageur,,, juned oge lumaya kasep. Ngagolak hate neng lulu didinya… jiganamah neng lulu cinlok ka juned..

 Juned : “ neng?”
Lulu      : “ (bengong)
Juned   : “neng??/”
Lulu      : “kah ?
Juned : “ waler atuh!!”
Lulu      : “ duh kang…abi teh isin,,,ng,ke weh deui diwalerananya”
Juned : “ okh …nya te nanon”
Lulu      : “punten nya kang”
Juned : “iraha atuh di waler,na?
Lulu      : “mudah mudahan pagetonya kang..
Juned : “ nuhun,y lu”

Beuki goyah hate neng lulu,,di hiji sisi maneh,na nyaah ka maman,,tapi hate leutikna asa mereean ka juned.
Balik ka rencana,  Geus meunang informasi,,, neng lulu ngalapor ka barudak nu 4 tadi..
Poe diayakeun tanding futsal oge di ngawitan..tepatna kaping 12 agustus .

Kik off piriwit wasit disada… (Prrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttttt)

Dug –dag – dig – dug….bola futsal di tajong kadieu kaditu, maman langsung najong ka pojok handap gawang…anu di kawal ku juned…nyaan wae…gollll… da maman geus nyaho kalemahan juned teh bola handap pojok…nu di bejaan ku neng lulu…ku sabab eta loba gol nu asup ka gawang juned.
 (Prrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttttt))
Geus ngalewatan 2 kali 15 menit ahirna tim maman meunang 7 – 1..
Tim maman atoh pisan,,,da maranehna sukses ngajalankeu acara… geus rengse maman,aceng,dadang,jeung deden nyampeurkeun neng lulu nu aya di gigir lapang..

Dadang: “weweweweh,,,,meunang….yoyyyoyooyoyo,,,juara,,, hahahhah”
Aceng   : ‘ nuhun nya lu,,,kumargi neng tos masihan terang kalemahan tim batur”
Lulu       : “ hmmmm,,( bari rarasaannamah serba salah ka juned)
Maman : ‘ nya enya atuh..kaogoh urang tea… jenius,,hahahah” neng ieuh oneka tea…
Lulu       : (di tampa ku neng lulu) tapi karunya nya kang…
Maman  : “ karunya?”
Lulu      : tuh karunya batur,,meuni di bobol kitu,,,
Maman :” pan beurkat eneng,,eneng kunaon?”
Lulu       : “ heunteu” (bari di jero hatena sedih narima juned eleh sabab manehna)

Pas barudak 4an keur ngariung juned nyampeurkeun,,,tadinamah nek ngucapkeun selamat ka maman cs, tapi teu kahaja juned ngadenge omongan  barudak opatan eta,,,puguh weh juned jadi abmek ka neng lulu..

Juned :” teu nyangka urang mah..”
Lulu    :” punten akang ,,tapi da abi ge nyesel”
Juned : “aggghhhtt gandeng”
Maman : nyesel neng? Ari eneng ku naon bet nyesel sagala?”
Lulu   : “ nya ,,neng teh nyesel kang”
Maman : okh jadi anjeun jadi nyaah nya ka si juned ayeunamah ?
Lulu     : (cicing)
Maman :”waler neng”
Lulu       :“ nya ..neng teh jadi nyaah ka kang juned” (bari ngalungkeun oneka)
Maman : “ neeeeeeeng” (bari ngepret pipi neng lulu)
 Lulu     : aduh akang nyeuri…(bari cuerik)
Juned   ; “ heh maneh tong kasar ka awewe”
Maman : “gandeng maneh , kadieu S#5^%67%a”
Juned   : heug!!!!
Lulu   : “atos kang atos,, urang uih we yu”’’ (bari  nahan juned)
Juned : nya atuh neng (langsung malik bari mawa indit lulu)
Maman : heh,,nek kamarana siah”

Didinya maman di upahan ku Aceng,Dadang, jeung Deden. Teu kungsi lila maman ngagubrag, terus ceurik gogoakan…pedah neng lulu indit jeung juned.
Maman  :”auauuuuuuuggghhhhh… heheuuehueeggghheuehehggg,,tanggung jawab siah, auauuuuuuuggghhhhh…heheuuehueeggghheuehehggg ” (bari ceurrik gogoakan)”



_Rengse_