Sabtu, 10 Mei 2014

Kontroversi Guru PENJAS/Olahraga/PJOK

Kontroversi Guru Olahraga
Oleh : Ninis M.
(Mahasiswa PJKR Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan – Universitas Pendidikan Indonesia)

Pendidikan olahraga, apa yang akan anda bayangkan ketika ada seseorang menyebutkan hal itu? Guru kah? Murid mungkin? atau olahraga itu sendiri? Ya mungkin jawaban itulah yang akan terbersit dalam benak anda ketika ada yang menyebutkan pendidikan olahraga.
Dewasa ini pelajaran olahraga sering kali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, kenapa demikian? hal tersebut dikarenakan banyaknya pendapat yang mengartikan bahwa olahraga merupakan ilmu yang hanya mengkaji tentang gerak. Pada kenyataannya olahraga tidak hanya mengkaji tentang gerak saja, melainkan kita bisa memahami makna dari aktivitas olahraga tersebut. Contohnya saja, dari aktivitas olahraga renang kita bisa mengambil makna bahwa kita harus jujur dalam hal apapun, begitu juga displin, selain itu kita juga dapat belajar peduli terhadap linkungan yang ada.
Namun hal tersebut selalu saja disepelakan oleh calon guru olahraga seperti kita ini bahkan oleh guru olahraga itu sendiri, masih maraknya yang selalu mengatakan “ Ah gampang ko jadi guru olahraga mah, tinggal bawa bola terus kasihin ke siswanya, masalah nilai mah gimana nanti.” Ya itulah yang masih ada dalam setiap pikiran calon guru olahraga dan guru olahraga katanya. Yang saya heran bukankah jikalau soal didik mendidik itu urusan dunia akhirat? Kalau di dunia memang takkan ada yang meminta pertanggung jawaban, tapi kalau kita salah mendidik siswa bukankah itu sangatlah fatal bagi generasinya.
Buktinya saja saya pernah mendengar salah satu keluhan dari mungkin beribu-ribu keluhan tentang guru olahraganya disekolah. Saat itu ada pelajaran renang dari sekolahnya, anak itu memang atlet renang di sekolah itu, maka dari itu seharusnya jika kita sebagai guru olahraga tak mungkin bukan menyamakan anak itu dengan yang benar-benar belum bisa berenang. Sayangnya guru olahraga disekolah anak itu malah bersikap acuh tak acuh terhadap dirinya, padahal si anak sudah memberitahukan pada guru olahraganya bahwa dia atlet renang dan dia meminta haknya untuk bisa dapat pengajaran dari sang guru yang mana harus berbeda dari murid yang lainnya, tetapi si guru malah tetap membiarkannya. Yang lebih parah lagi ketika dia mengetahui nilainya, nilai dia dengan anak yang hanya datang dan tidak berenang itu sama.
Ya itulah kasus ketidakadilan seorang guru olahraga yang masih terjadi di Indonesia ini, ingat ini bukan satu-satunya kasus yang terjadi di negri kita tercinta ini. Kasus yang paling marak menurut saya adalah adanya nilai “ghoib” dalam penialaian guru terhadap siswanya, menurut saya ini bukan hanya terjadi dibangku sekolah saja melainkan dibangku kuliah pun masih terjadi hal seperti ini.
Oleh karena itu bayangkan oleh kalian, jika itu terus-menerus terjadi maka reputasi guru olahraga benar-benar jatuh dan masyarakat akan terus menyepelakan guru olahraga juga pelajaran olahraga. Seharusnya kita sebagai calon guru olahraga harus bisa mengubah semua panadangan negatif terhadap profesi guru olahraga, dan berilah pengertian bahwa untuk mencapai gelar guru olahraga tidaklah mudah jangan hanya diam, bukankah mendiamkan kesalahan adalah sebuah kejahatan?
Lalu dari manakah kita memulai merubahnya? Yang pertama adalah dengan memberi penjelasan bahwa sebenarnya pendidikan olahraga tidak seperti apa yang beredar dimasyarakat, olahraga tidak semudah yang mereka bayangkan. Dalam pendidikan olahraga tidak hanya mempelajari arti gerak itu sendiri atau tidak mengharuskan anak didik bisa berolahraga.
Kalau begitu apa pengertian pendidikan olahraga yang sebenarnya? Jadi pendidikan olahraga itu adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, maupun emosional.
Itu adalah pengertian pendidikan olahraga secara teoritis. Jika kita kaji kembali bahwa memang pendidikan olahraga itu bukan hanya sekedar gerak tubuh saja bukan? Maka dari itu kita sebagai calon guru olahraga harus bisa memaknai pendidikan olahraga itu sendiri. Yang kedua adalah membuktikan pada masyarkat bahwa apa yang banyak orang katakan itu salah, kita tidak hanya mengajarkan tentang gerak tubuh saja atau mengharuskan siswanya bisa berolahraga, tetapi lewat olahraga pun bisa mengembangkan sikap jujur, bertanggung jawab, percaya diri, bahkan demokratis.
Dan hal yang paling penting adalah bagaimana kita calon guru olahraga menyikapi persoalan yang ada dimasyarakat tentang profesi guru olahraga itu sendiri. Selain itu kita juga harus mempunyai pandangan “Nanti gimana ya jadi guru olahraga?” bukannya malah mempunyai pandangan “Ah gimana nanti aja jadi guru olahrga mah.” Kita memang masih lama untuk menyandang gelar guru olahraga, tapi bukankah sebaiknya pandangan itu tetap dipegang teguh oleh diri kita. Kita tidak mau kan jika generasi kitalah yang disalahkan atas apa yang sudah terjadi atau sudah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Bahkan kita tidak mau ada yang terus-terusan menyepelakan profesi guru olahraga.
Kalo begitu apa lagi yang ditunggu, mulailah dari diri sendiri dan yakin bahwa generasi kita bisa mengubah segalanya, mengubah yang tadinya selalu disepelekan menjadi disegani banyak orang. Pedulilah dengan apa yang terjadi hari ini, dengan kita peduli mungkin kita bisa mengubah hal buruk yang akan terjadi di masa nanti. Percaya dan yakinlah pada dirimu sendiri!


1 komentar: