Kontroversi Guru
Olahraga
Oleh : Ninis M.
(Mahasiswa
PJKR Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan – Universitas Pendidikan
Indonesia)
Pendidikan olahraga, apa yang akan anda
bayangkan ketika ada seseorang menyebutkan hal itu? Guru kah? Murid mungkin? atau
olahraga itu sendiri? Ya mungkin jawaban itulah yang akan terbersit dalam benak
anda ketika ada yang menyebutkan pendidikan olahraga.
Dewasa ini pelajaran olahraga sering
kali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, kenapa demikian? hal tersebut
dikarenakan banyaknya pendapat yang mengartikan bahwa olahraga merupakan ilmu
yang hanya mengkaji tentang gerak. Pada kenyataannya olahraga tidak hanya
mengkaji tentang gerak saja, melainkan kita bisa memahami makna dari aktivitas
olahraga tersebut. Contohnya saja, dari aktivitas olahraga renang kita bisa
mengambil makna bahwa kita harus jujur dalam hal apapun, begitu juga displin,
selain itu kita juga dapat belajar peduli terhadap linkungan yang ada.
Namun hal tersebut selalu saja
disepelakan oleh calon guru olahraga seperti kita ini bahkan oleh guru olahraga
itu sendiri, masih maraknya yang selalu mengatakan “ Ah gampang ko jadi guru olahraga mah, tinggal bawa bola terus kasihin
ke siswanya, masalah nilai mah gimana nanti.” Ya itulah yang masih ada
dalam setiap pikiran calon guru olahraga dan guru olahraga katanya. Yang saya
heran bukankah jikalau soal didik mendidik itu urusan dunia akhirat? Kalau di
dunia memang takkan ada yang meminta pertanggung jawaban, tapi kalau kita salah
mendidik siswa bukankah itu sangatlah fatal bagi generasinya.
Buktinya saja saya pernah mendengar
salah satu keluhan dari mungkin beribu-ribu keluhan tentang guru olahraganya
disekolah. Saat itu ada pelajaran renang dari sekolahnya, anak itu memang atlet
renang di sekolah itu, maka dari itu seharusnya jika kita sebagai guru olahraga
tak mungkin bukan menyamakan anak itu dengan yang benar-benar belum bisa
berenang. Sayangnya guru olahraga disekolah anak itu malah bersikap acuh tak
acuh terhadap dirinya, padahal si anak sudah memberitahukan pada guru
olahraganya bahwa dia atlet renang dan dia meminta haknya untuk bisa dapat
pengajaran dari sang guru yang mana harus berbeda dari murid yang lainnya,
tetapi si guru malah tetap membiarkannya. Yang lebih parah lagi ketika dia
mengetahui nilainya, nilai dia dengan anak yang hanya datang dan tidak berenang
itu sama.
Ya itulah kasus ketidakadilan seorang
guru olahraga yang masih terjadi di Indonesia ini, ingat ini bukan satu-satunya
kasus yang terjadi di negri kita tercinta ini. Kasus yang paling marak menurut
saya adalah adanya nilai “ghoib” dalam penialaian guru terhadap siswanya,
menurut saya ini bukan hanya terjadi dibangku sekolah saja melainkan dibangku
kuliah pun masih terjadi hal seperti ini.
Oleh karena itu bayangkan oleh kalian,
jika itu terus-menerus terjadi maka reputasi guru olahraga benar-benar jatuh
dan masyarakat akan terus menyepelakan guru olahraga juga pelajaran olahraga. Seharusnya
kita sebagai calon guru olahraga harus bisa mengubah semua panadangan negatif
terhadap profesi guru olahraga, dan berilah pengertian bahwa untuk mencapai
gelar guru olahraga tidaklah mudah jangan hanya diam, bukankah mendiamkan
kesalahan adalah sebuah kejahatan?
Lalu dari manakah kita memulai
merubahnya? Yang pertama adalah dengan memberi penjelasan bahwa sebenarnya
pendidikan olahraga tidak seperti apa yang beredar dimasyarakat, olahraga tidak
semudah yang mereka bayangkan. Dalam pendidikan olahraga tidak hanya mempelajari
arti gerak itu sendiri atau tidak mengharuskan anak didik bisa berolahraga.
Kalau begitu apa pengertian pendidikan
olahraga yang sebenarnya? Jadi pendidikan olahraga itu adalah proses pendidikan
yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, maupun emosional.
Itu adalah pengertian pendidikan
olahraga secara teoritis. Jika kita kaji kembali bahwa memang pendidikan
olahraga itu bukan hanya sekedar gerak tubuh saja bukan? Maka dari itu kita
sebagai calon guru olahraga harus bisa memaknai pendidikan olahraga itu
sendiri. Yang kedua adalah membuktikan pada masyarkat bahwa apa yang banyak
orang katakan itu salah, kita tidak hanya mengajarkan tentang gerak tubuh saja
atau mengharuskan siswanya bisa berolahraga, tetapi lewat olahraga pun bisa
mengembangkan sikap jujur, bertanggung jawab, percaya diri, bahkan demokratis.
Dan hal yang paling penting adalah
bagaimana kita calon guru olahraga menyikapi persoalan yang ada dimasyarakat
tentang profesi guru olahraga itu sendiri. Selain itu kita juga harus mempunyai
pandangan “Nanti gimana ya jadi guru
olahraga?” bukannya malah mempunyai pandangan “Ah gimana nanti aja jadi guru olahrga mah.” Kita memang masih lama
untuk menyandang gelar guru olahraga, tapi bukankah sebaiknya pandangan itu
tetap dipegang teguh oleh diri kita. Kita tidak mau kan jika generasi kitalah
yang disalahkan atas apa yang sudah terjadi atau sudah dilakukan oleh generasi
sebelumnya. Bahkan kita tidak mau ada yang terus-terusan menyepelakan profesi
guru olahraga.
Kalo begitu apa lagi yang ditunggu,
mulailah dari diri sendiri dan yakin bahwa generasi kita bisa mengubah
segalanya, mengubah yang tadinya selalu disepelekan menjadi disegani banyak
orang. Pedulilah dengan apa yang terjadi hari ini, dengan kita peduli mungkin
kita bisa mengubah hal buruk yang akan terjadi di masa nanti. Percaya dan
yakinlah pada dirimu sendiri!
kaos bola clothing
BalasHapusbaju bola terbaru
baju bola anak
baju bola jerman
baju bola piala dunia
harga baju bola