Rabu, 17 Desember 2014



Peran Pendidikan Jasmani



Pendidikan jasmani yang merupakan salah satu alat dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, sangat besar perannya terhadap pembentukan dan perkembangan anak. Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa keberhasilan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan yang kita harapkan diperlukan adanya suatu cara dalam pelaksanaannya. Demikian juga untuk melaksanakan pendidikan jasmani di sekolah, baik berupa alat-alat yang nyata di dalam melakukan suatu bentuk gerakan seperti: tongkat, simpai, gada, peti lompat, tambang, bola kasti, bola voli, bola kaki, bola basket, matras, lembing, peluru, dan sebagainya, maupun alat pendidikan yang berupa pembentukan kebiasaan, pemberian hadiah dan hukuman, pemberian motivasi, pemberian teguran, penugasan, dan sebagainya, kesemuannya merupakan suatu tindakan kepedulian di dalam pendidikan. Misal sebagai salah satu contoh, setiap bangun tidur anak-anak disuruh membereskan tempat tidurnya, mandi memakai sabun, membersihkan gigi dengan sikat gigi dan memakai odol, berpakaian yang rapi bila berangkat ke sekolah, dan yang lainnya.
Tindakan-tindakan yang diberikan kepada anak tersebut, bertujuan untuk menanamkan kebiasaan agar hidup teratur dan membiasakan anak hidup sehat. Selain tindakan, situasi dan sikap pun dapat dijadikan alat dalam pendidikan, misalnya seperti: pergaulan, upacara, peringatan, darmawisata, berkenalan, berkemah, perlombaan, latihan, dan sebagainya, memperlihatkan kasih sayang, memperhatikan dengan sungguh-sungguh, mau mendengarkan, kesediaan dalam memberikan bantuan atau pertolongan, memperlihatkan keramah-tamahan, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peranan pendidikan jasmani sebagai salah satu alat tercapainya tujuan pendidikan, antara lain membantu dalam:
a.      Pembentukan Tubuh
Peran pendidikan jasmani terhadap pembentukan tubuh, dapat dilihat dengan bertambahnya otot-otot menjadi lebih besar dan kuat, badan tumbuh menjadi lebih besar dan lebih tinggi, hingga dapat bersikap dan bertindak dengan sempurna, serta akan tumbuh dan berkembang secara harmonis. Dengan melakukan pendidikan jasmani yang teratur serta dibimbing dan diarahkan, maka organ-organ tubuh pun akan bekerja sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani.
Dengan demikian anak-anak akan memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap pentingnya pendidikan jasmani di dalam kehidupannya. Dengan demikian dasar tubuh yang kuat, anak-anak akan lebih meningkat lagi keterampilan geraknya. Menurut Sukintaka (2004) selain dari itu peran pendidikan jasmani sangat besar sumbangannya terhadap anak dalam:
1.)    Memenuhi keinginan untuk bergerak dan mempertahankan gerakan.
2.)    Mengembangkan perasaan terhadap gerakan dan irama, serta penghayatan terhadap ruang, waktu, dan bentuk.
3.)    Menganalisis kemungkinan-kemungkinan gerak untuk dirinya sendiri.
4.)    Memiliki keyakinan terhadap gerakan yang dilakukannya serta perasaan terhadap sikapnya.
5.)    Mengembangkan kemampuan gerak dan penyempurnaan gerak dengan melalui latihan-latihan yang teratur, sesuai dengan kemampuannya. 
b.      Pembentukan Prestasi
Telah kita ketahui bersama, bahwa untuk dapat mencapai suatu prestasi yang diinginkan di dalam pelajaran jasmani diperlukan adanya kekuatan, kecepatan, kelentukan, keuletan, kedisiplinan, kepercayaan terhadap diri sendiri, pemahaman dan pengusahaan terhadap prosedur gerakan yang akan dilakukan, serta konsep cara untuk melakukan gerakannya. Hal ini merupakan dasar yang mengacu kepada tercapainya suatu peningkatan prestasi yang optimal. Dalam arti bukan saja pencapaian prestasi optimal untuk keterampilan gerak dalam bidang pengajaran pendidikan jasmani, tetapi juga berlaku untuk peningkatan prestasi belajar, bekerja atau melakukan kegiatan yang lainnya, dan sebagainya yang sesuai dengan apa yang diharapkan dari tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka keampuhan pendidikan jasmani di dalam melaksanakan peranannya untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan, antara lain adalah:
1.)    Membentuk dan mengembangkan anak kepada suatu bentuk kerja yang optimal melalui aktivitas jasmani.
2.)    Mengarahkan, membimbing, dan mengembangkan diri anak terhadap pencapaian prestasi dengan jalan menanamkan kedisiplinan, pemusatan pikiran, kewaspadaan, kepercayaan pada diri sendiri, tanggung jawab, dan peningkatankemampuan diri.
3.)    Belajar untuk mengendalikan terhadap luapan perasaan yang berkembang dalam waktu yang sinngkat atau keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (emosi).
4.)    Menanamkan kepada anak untuk dapat mengenal kemampuan sendiri dan keterbatasan terhadap dirinya.
5.)    Menanamkan untuk belajar meningkatkan sikap dan tindakan yang tepat terhadap nilai-nilai prestasi yang diraihnya di dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan masyarakat maupun di dalam kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga.
Dengan ditanamkannya pembentukan prestasi kepada anak-anak, maka diharapkan dikemudian hari anak-anak akan dapat mengembangkannya, serta dapat mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapinya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi kelompok dan lingkungannya. 

c.       Pembentukan Sosial
Anak sebagai makhluk individu, juga sebagai makhluk sosial. karena itu tidak mungkin ia akan dapat hidup menyendiri tanpa memperhatikan keadaan di lingkungannya dan memperhatikan kepentingan umum. Anak-anak di dalam hidupnya, selalu terikat oleh norma-norma kehidupan bersama dan tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan bersama.
Oleh sebab itu, maka timbul suatu ilmu yang khusus untuk menelaah tentang kehidupan anak atau kelompok anak-anak yang terdiri dari individu-individu beserta sikap dan tindakannya, serta unsur-unsur yang terdapat di dalam kehidupannya bersama (sosiologi). Misalnya seperti: agama, adat-istiadat, keluarga, lingkungan, pemerintah, pendidikan, dan sebagainya, merupakan unsur-unsur sosial yang menyangkut perilaku dan tata kehidupan manusia di dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan di masyarakat. Di dalam kehidupan bersama anak-anak akan tumbuh dan berkembang serta akan menemukan pribadinya masing-masing. Ia akan menyadari mengenai keadaan dirinya, bahwa ia berada di tengah-tengah manusia yang lainnya.
Keadaan sama-sama berada di sekolah anak-anak akan dapat merasakan terjadinya perubahan dan memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Mereka tentu akan mengubah sifat-sifat dan perhatiannya dari keadaan lingkungan keluarga kepada lingkungan di sekolahnya. Hal ini akan terlihat adanya perubahan dari sifat ketergantungan menjadi sifat kemampuan untuk dapat berdiri sendiri.
Dengan demikian mereka sudah terlihat mempunyai suatu perkembangan kepribadian sosial dan menyadari akan hidupnya, walaupun belum, secara mendalam. Namun demikian anak-anak sudah mulai diarahkan kepada nilai-nilai dan norma kehidupan bersama. Dengan melalui pendidikan jasmani kepada anak-anak akan dapat diberikan bimbingan terhadap pergaulan hidup, yang sesuai dengan norma-norma dan ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan unsur-unsur sosial, hingga akan membantu kehidupan anak yang lebih aktif, kreatif  dan lebih bergairah.
Peranan pendidikan jasmani di dalam usahanya terhadap pembentukan sosial anak-anak antara lain adalah:
1.)      Menanamkan pembinaan terhadap pengakuan dan penerimaan akan norma-norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat
2.)      Menanamkan kebiasaan untuk selalu berperan aktif dalam suatu kelompok, agar dapat bekerja sama, dapat menerima pimpinan dan memberikan pimpinan.
3.)      Membina dan memupuk ke arah pengembangan terhadap perasaan sosial, pengakuan terhadap orang lain.
4.)      Menanamkan dan memupuk untuk selalu belajar bertanggung jawab, dan mau memberikan bantuan atau pertolongan, serta memberikan perlindungan dan mau berkorban.

5.)      Menanamkan kebiasaan untuk selalu mau belajar secara aktif di dalam sesuatu bentuk kegiatan, baik dalam belajar, bekerja, maupun dalam mengisi waktu-waktu luangnya.



Laporan Presentasi Penjas Adaptif

Laporan Presentasi Penjas Adaptif

Tanggal presentasi : -
Materi Presentasi : Ruang Lingkup Peserta Penjas Adaptif.

Pemateri : Kelompok A
Fathan          
Aji Purnama      
Asep Hermawan 

Moderator : Kelompok B
Agung Ginanjar           (1203750)
Mas Asep S        
Imas Ratna Y. 

Isi materi :
Gangguan emosional berarti adanya kelainan dari seorang yang susah dipahami dan mempengaruhi tingkah lakunya sehari-hari dalam waktu yang lama.
Ciri-ciri yang dapat dideteksi dari seoarng yang mengidap gangguan emosional adalah ;
Ketidakmampuan belajar, ketidakmampuan menjalin hubungan yang harmonis baik antar sesama siswa atau dengan guru, menunjukan perilaku yang tiak pantas dalam suasana pergaulan, adanya perassan tertekan dan tiak bahagia, adanya perasaan ketakutan yang muncul dari masalah pribadi dan sekolah.
Penyakit epilepsi terjadi secara mendadak dan di laur kesadaran manusia yang ditandai dengan kejang-kejang pada sebagian otot. Hal ini terjadi karena adanya gangguan neurologi yang menyebabkan jumlah gelombang elektrokimia dari otak banyak dan tidak teratur.


Epilepsi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
Factor keturunan, trauma, gangguan metabolism, gangguan peredaran darah, gangguan psikologis, keracunan, kelelahan, kurang tidur, dan lainlain. Perlu diketahui bahwa serangan epilepsy mendadak yang terjadi pada penderitanya ada lima tipe, yaitu : serangan epilepsy lengkap, jadsonian yang terjadi pada sebagian tubuh, epilepsy kecil, serangan psikomotor, serangan gabungan.
Kegemukan artinya memiliki berat badan yang berlebih atau terlalu gemuk yang disebabkan oleh pemasukan kalori dan tidak disertai dengan penggunaan energiberlebih. Kegemukan dapat diakibatkan karena terlalu banyak makan, factor psikologis seperti stress. Kegemukan merupakan salah satu factor resiko penyebab terjadinya penyakit seperti penyakit degenerative arteroklerosis.
Secara umum terjadinya kecacatan disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor dari alam (endogen) dan faktor dari luar (eksogen). Faktor dari dalam yaitu anak menderita kecacatan sejak berada di dalam kandungan yang bisa disebabkan oleh infeksi virus, gangguan emosi, pengaruh merokok, salah obat, atau meminum minuman keras pada saat mengandung. Sedangkan eksogen yaitu anak menderita kececetan setelah lahir termasuk lahir premature, kecelakaan, salah penanganan teknis saat operasi, lika diotak, gangguan psikologis atau pengaruh lingkungan.
Pertanyaan dan jawaban presentasi :
1.      Pertanyaan dari : Arif – 1204567 dari Kelompok 3
Diajukan kepada : Fathan – 1205099
Ø  Bagaimana menurut Anda cara menangani siswa yang menderita Epilepsi?
Jawaban : Kita harus mengetahui dulu gejala – gejala pada penderita epilepsi dan salahsatunya  penderita epilepsitidak boleh kecapean, jadi kita bisa mengantisipasinya, dan salah satunya dengan cara menanganinya. Pada seorang yang sedang terkena epilepsi, kita bisa memberikan pulpen untuk digigit agar tidak mengigit lidahnya, yang tentu saja sebelum kita harus menghubungi / membawa kerumah sakit.

2.      Pertanyaan dari : Bena – 1204496 dari Kelompok 16
Diajukan kepada : Asep Hermawan – 1205195
Ø  Mengapa orang gemuk cenderung makan banyak dan bagaimana porsinya bagi orang yang gemuk?
Jawaban : Karena orang gemuk memiliki pusat makan, pusat kenyang, dan orang gemuk pusat. Pusat kennyangnya lebih lama disebabkan orang gemuk kebanyakan kurang bergerak, kita harus memberikan porsi yang seimbang yaitu antara 2.500 kalori/ hari.

3.      Pertanyaan dari : Dini – 1204311 dari kelompok 17
Diajukan kepada : Fathan – 1205099
Ø  Aktifitas jasmani apa yang cocok diberikan pada siswa gangguan emosional ?
Jawaban : Aktivitas yang berorientasi pada keterampilan gerak dasar dan latihannnya harus secara terus menerus / countinu.
Sanggahan : Bena – 1204496 dari kelompok 16
Kalau bisa olahraga yang diberikan pada siswa yang memiliki gangguan emosional yaitu seperti olahraga tinju, jangan sampai olahraga yang diberikan tidak sesuai dengan kepribadiannya.

4.      Pertanyaan dari : Dinda Ayu – 1204169 dari kelompok 2
Diajukan kepada : Asep Hermawan – 1205195
Ø  Jika kita sebagai guru olahraga , bagaimana cara menyikapi siswa yang diponis penyakit obesitas?
Jawaban : Solusinya kita harus berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter / orang tua anak tersebut sebelum memberikan materi olahraga pada siswa tersebut, jadi kita dapat menentukan olahraga yang sesuai untuk anak tersebut.
Tambahan : Wandi  - 1204918 dari kelompok 7
Sebaiknya kita sebagai guru olahraga harus berkonsultasi dulu dengan dokter atau medis sebelum memberikan olahraga pada siswa tersebut.

5.      Pertanyaan dari : Yosep – 1205170 dari kelompok 2
Diajukan kepada : Fathan – 1205099
Ø  Bagaimana cara pencegahan penyakit obesitas pada usia dini ?

Jawaban : Kita harus dapat mencegahnya dengan cara memberikan jenis makanan 4 sehat 5 sempurna, perbanyak pemberian sayuran, dan dalam aktivitas bermainnya lebih di tekankan pada permainan yang ada hubungannya dengan olahraga, dan harus banyak bergerak.


Laporan Observasi Pembelajaran Penjas di SMA N 3 Sumedang

Laporan Observasi Pembelajaran Penjas di SMA N 3 Sumedang



BAB I
PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang
Penjas (Pendidikan Jasmani) adalah proses pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan (belajar siswa ). Pendidikan jasmani endiri mengandung beberapa hal yang dianggap penting selama proses pembelajaran berlangsung, seperti: perilaku guru, perilaku siswa, interaksi antara guru dan siswa, dan tujuan pembelajarannya.
Kualitas seorang guru dapat kita lihat dari perilaku siswa yang di didiknya. Guru yang baik akan mencetak siswa yang baik. Begitu pun sebaliknya, guru yang tidak baik akan mencetak siswa yang tidak baik.
Pembelajara Penjas akan terasa lebih bermakna ketika siswa dapat menangkap pesan moral yang coba disampaikan oleh guru melalui penjas. Jika mayoritas siswa sudah bisa menangkap apa yang coba guru sampaikan, maka guru tersebut bisa disebut berhasil dalam mendidik.

   B.     Tujuan
Tujuan dari observasi ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui perilaku guru dalam memberikan pembelajaran penjas saat PBM
2.      Mengetahui perilaku siswa di kelas pada saat mata pelajaran penjas berlangsung.
3.      Mengetahui interaksi guru dan siswa pada saat mata pelajaran penjas berlangsung.
4.      Mengetahui,  dapatkah siswa dapat menangkap pesan moral (tujuan pembelajaran) yang coba disampaikan oleh guru.



    
    C.      Manfaat
Manfaat dari penuliasan laporan ini adalah sebagai berikut:
Penulis dapat penambah pengalaman dan penambah pengetahuan tentang perilaku guru dan siswa di kelas/lapangan, interaksi guru dan siswa saat PBM.

    D.    Metode
Metode Group Time Spelling dan catatan anekdot.
                                               



BAB II
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

    A.    Hasil Observasi
Paparan Data
Tanggal Observasi : Sabtu, 16-08-2014
Nama Sekolah                   : SMA Negeri 3 Sumedang
Akreditasi                         : A

Biodata Guru Penjas

Nama                     : Asep Dwidjo S.Pd

Objek Observasi
Kelas                     : XI IS 4
Jumlah Siswa        : 30 orang (19 putra, 11 putri)
     Materi                     : Permainan Bola Besar













Jumlah Waktu Aktif Belajar Siswa
Waktu
Keterangan Waktu
Kegiatan yang Dilakaukan
11.25
Instruksional
Pembukaan dan pengantar
11.30
Aktif
Apersepsi
11.35
Lain-lain
Pengumuman dari pihak sekolah
11.43
Aktif
Sesi tanya jawab
11.45
Aktif
Materi tentang permainan bola besar
11.54
Lain-lain
Pemanggilan ketua kelas
11.57
Aktif
Sesi tanya jawab
11.58
Aktif
Materi tentang permainan sepak bola
12.00
Aktif
Sesi tanya jawab
12.17
Aktif
Intermezzo dan motivasi
12.22
Lain-lain
Pembahasan buku paket dan LKS
12.25-12.55
Aktif
Mengisi LKS dan penutup.

Jumlah waktu aktif                       : 71 menit = 78,88889 %
Jumlah waktu instruksional           : 5 menit = 5,55556 %
Jumlah waktu lain-lain                  : 14 menit = 15,55556 %

    B.     PEMBAHASAN
Pembelajaran ini terjadi pada saat jam pelajaran ke 6 - jam pelajaran ke 7. Kondisi kelas disana cukup nyaman. Walaupun cat kelasnya sudah mulai kusam, tetapi masih layak untuk di tempati. Letak kelasnya sendiri berada di lantai 2, di dalam 1 kelas tersebut terdapat 32 siswa. Dikelas tersebut sudah tersedia kipas angin baling-baling yang berada di atas tengah kelas. dan siswa sendiri terlihat cukup nyaman berada di kelas tersebut.

Hal yang pertama Guru lakukan ialah masuk ke kelas dengan setelan baju olahraga berkerah dan menggunakan traning dilengkapi sepatu sport. Penilaian saya dari penampilan guru tersebut sangat memuaskan, karena baju olahraga yang dipakai guru tersebut sangat rapih dan menurut saya setelan guru tersebut sudah sangat baik dan layak bila di pakai ke kelas walaupun bukan pembelajaran praktek.
Guru tersebut memberikan informasi terhadap siswanya tentang materi-materi apa saja yang akan di bahas dalam pertemuan kali ini, sekaligus guru tersebut memberikan batas materi yang akan di bahas hari ini dan sedikit menyinggung tentang pembelajaran minggu dengannya. 

Sedikit singgungan dari guru tersebut ialah mengenai pembuatan makalah yang akan menjadi tugas mereka nanti untuk melengakapi apabila ada nilai-nilai yang kurang. Makalah tersebut harus di buat dari sekarang supaya siswa nantinya tidak kewalahan. Disisni saya melihat bahwa penempatan tuga ini kurang cukup tepat, seharusnya diberikan di akhir pembeajaran atau di akhir diskusi. 
Selanjutnya Seperti biasanya seorang guru memberikan Apresepsi terhadap muridnya supaya merangsang keingin siswa untuk mau mendengarkan dan menjalankan pembelajaran , Apresepsi yang diberikan guru tersebut cukup menarik karena membahas mengenai pengalaman-pengalaman masa lalu guru, dan siswa terlihat terpikat oleh cara guru tersebut memberikan materi. Berhubung materi yang akan dibahas ialah materi dari berbagai cabang olaraga (tidak 1) jadi pemberian Apresepsinya pun cukup beragam, dan disangkut-sangkutkan dengan masing-masing cabang olahraga tersebut yang akan dibahas.
Materi yang diberikan oleh guru tersebut ialah materi permainan bola besar, saat guru memberikan pertanyaan terhadap siswa mengenai cabor apa saja yang termasuk Permaianan bola besar, siswa atusias memberikan jawaban karena mungkin mereka sudah paham mengenai materi tersebut. contoh dari permaianan bola besar ialah Sepak Bola, Bola Voli, Bola basket, Bola Tangan dan lain-lain.

Selanjutnya guru langsung membahas salah satu permainan bola besar yaitu Sepak Bola, pemberian materi yang pertama ialah mengenai teknik dasar , teknik dasar dalam permainan Sepak Bola diantaranya Passing, Shooting dan Dribbling. Masing-masing teknik dasar tersebut di jelaskan oleh guru tersebut, dan hal yang menarik perhatian saya ialah pemberian materi teknik dasarnya itu diiringi dengan candaan yang mebuat siswa rileks dan mendengarkan dengan muka tersenyum.
Dalam posisi demikian, siswa yang telah terambil perhatian sepenuhnya oleh guru menjadi antusias saat diberi materi pembelajaran, sampai terjadi tanya jawab oleh siswa dengan gurunya . siswa mulai berani bertanya terhadap gurunya, sampai ada satu pertanyaan yang di jawab oleh siswa lain, yang artinya guru telah menciptakan interaksi antara siswa.
Setelah membahas mengenai teknik dasar Sepak Bola, guru berlanjut ke formasi permainan dalam Sepak Bola. Disana guru memberi informasi mengenai berbagai macam formasi, dan guna formasi tersebut untuk menaggulangi formasi yang lainnya. Dalam materi ini guru tidak cukup pandai saat mengungkapkan formasinya, saya nilai ada berbagai arahan yang salah dalam formasi yang dijelaskan oleh guru tersebut. Banyak kekeliruan saat menjelaskan pergerakan pemain dalam sebuah formasi. Initinya saya nilai guru ini tidak terlalu pasih dalam formsi sepak bola.
Saat berjalannya proses belajar mengajar , hadir seorang pengabsen yang sedikit mengganggu pembelajaran dan konsntrasi para siswa. Petugas pengabsen tersebut memberikan informasi bahwa murid pada lusa diliburkan, karena akan ada pawai rakyat dalam acara 17an.

Disetiap 30 menit pemberian materi, guru selalu memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, dan pertanyaan itu bermuatan kepada pertanyaan pengalaman pribadi siswa.
Materi yang diberikan guru lebih menekankan pada olahraga secara teknik dan selayaknya tidak dengan pareasi.
Kelemahan dari kelas ini yaitu siswa laki-laki lebih dominan  merespon pembelajaran karena mungkin pembelajaran yang diterimanya lebih masuk pada pengelaman-pengalaman siswa laki-laki. Seharusny disini guru lebih harus menyesuaikan perhatian ke siswa yang perempuan , ada pertanyaan atau ada sapaan supaya keaktifan siswa laki-laki bisa lebih terimbangi oleh siswa perempuan.
Pada menit 60 menit setelah pembelajaran berlangsung, murid mulai merasa kelelahan mendengarkan materi dari guru tersebut.
Pada menit 65 mulai ada murid yang mengobrol di kelas , terutama murid laki-laki yang sudah mulai membicarakan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran tersebut. Sikap guru menghadapi siswa tersebut dengn lebih mengarahan materi yang dapat menarik perhatian siswa lagi. Penyapaan seluruh kelas adalah langkah guru pada saat itu.
Hal positif dri kelas ini, walaupun pertemuan ke 2 , tapi guru sudah bisa hafal banyak nama-nama siswanya.
Sesudah jam pelajaran mau berakhir , guru memberikan motivasi yang dapat memacu minat siwa dalam merealisasikan hal-hal positif dari pembelajaran penjas hari itu. Dan pematerian dikelas itu ditutup dengan sikap semangat menghadapi pertemuan selanjutnya.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Simpulan
Prilaku yang terlihat dari guru saat menyampaikan materi pembelajaran dinilai baik baik. Penguasaan kelas yang dimiliki guru sudah dapat mengendalikan siswanya. 
Prilaku siswa saat mendapat pematerian dari gurunya cukup disiplin dan kondusip. Mereka dapat menyesuaikn diri saat mereka harus diam , mendengarkan, maupun bertanya.
Interaksi yang baik dalam pembelajaran penjas di kelas ini menjadi hal yang bagus dalam observasi ini. Guru dan murid terdapat feedback yang baik. Contohnya saat murid bertanya guru mengarahkan pertanyaan itu justru ke murid lainnya. Supaya ada interaksi semua orang di kelas.
Tujuan dari pembelajaran di kelas ini sudah tercapai. Pematerian dan interkasi yang terjadi di kelas diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang menetap bagi siswa. Baik secara kognitif, Afektif, Psikomotor, maupun Religiusnya.

     Saran
Dalam Pembelajaran guru harus bisa memberikan perhatian yang sama kepada seluruh siswa, sehingga dalam prakteknya tidak terlalu dominan siswa laki-laki.
Materi yang diberikan guru harus lebih uptodate. Karena apabila siswa bertanya mengenai pembelajaran yang dikaitan dengan kehidupan jaman sekarang, guru tidak kebingungan dalam menjawabnya.


 

by: Agung Ginanjar